U2FsdGVkX1+25AyyCo8UPsLK1A8YBpiAtAtE4voJoZU6v2phc92s7B5BeG4irtrTwvQijqbnotwWq2TT6FmYzQ==

 





Di malam yang begitu temaram

Di temani pena yang tergenggam dan setumpuk daun lontar

Aksa memandang gemintang di nabastala di antara shyam

Jari jemari tergerak membaca salah satu tumpukan dari daun lontar

 

Dalam lontar tergores catatan tentang serpihan rindu pada sebuah bulan

Bulan yang paling di nanti di antara bulan-bulan yang lain

Sebelas lontara mencatat serpihan rindu untuk menanti bulan itu

Salah satu lontara menulis:

"Ia sangat istimewa, dapatkah aku akan berjumpa dengannya? Sampaikah nyawaku untuk menemuinya?"

 

Hingga waktunya tiba

Serpihan-serpihan itu terkumpul pada waktunya

Ia tak lagi menjadi serpihan tapi terkumpul menjadi satu

 

 

 

Di tempat ini

Rucita dan afsunnya sangat terasa

Penaku bersama hembusan angin

Menggoreskan pada lontara tentang hal itu

Menjadikannya sebuah syair indah  karena terbalas sudah kerinduan

 

Di bulan kemuliaan ini

Sebuah waktu di nanti

Bahkan berlomba-lomba untuk mendapatkan hal yang menakjubkan darinya

 

Hanya beberapa kalimat yang ingin kukatakan

Di bulan ini dan di tempat ini

Kuharap DIA memanah daksaku

Sehingga darah dosa-dosaku mengalir deras

Dalam sebuah rindu alunan taubat yang paling khidmat

 

Lamajang Tigang Juru, 16 April 2021

 

 


Zaa
Halo teman-teman!! Saya Laretza biasa dipanggil Eza. Gak suka baca apalagi nulis tapi cuma pengen damai aja ama keduanya. @laretza410
Loading...