U2FsdGVkX1+25AyyCo8UPsLK1A8YBpiAtAtE4voJoZU6v2phc92s7B5BeG4irtrTwvQijqbnotwWq2TT6FmYzQ==
sampah plastik merusak lingkungan
"MERUSAK LINGKUNGAN"

Malam itu, saya mampir ke sebuah tokoh kelontong, membeli beberapa makanan ringan dan kebutuhan mandi. Beberapa item yang saya beli cukup banyak sebenarnya, namun saya menolak ketika sang penjual hendak memasukan barang belanjaan tersebut ke dalam kantung plastik, “Tidak usah Pak” kata saya mencegah, “saya masukkan dalam tas saja” sambil mengambil satu persatu kemudian memasukan ke dalam tas. Pun, jika belanja ke swalayan atau pasar misalnya, saya tidak segan-segan menolak kantung tersebut, dan memilih membawanya tanpa plastik atau menaruh dalam tas yang lebih permanen.

Hal tersebut bukan tanpa alasan. Belakangan, saya sengaja mengurangi konsumsi plastik. Tidak ekstrim memang, sederhana saja, cukup menggunakan plastik sesuai kebutuhan. Misalnya, lebih memilih membawa botol minum sendiri ketimbang membeli air mineral kemasan; atau, membawa tas permanen untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Hal yang sederhana itu, bila kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan kontinue, sedikit banyakan akan turut membantu menurunkan konsumsi sampah plastik kita.

Mari menengok di samping kanan kiri kita, coba, berapa bahan plastik yang kita dapatkan. Di mana-mana ada plastik, di pasar, toko, rumah sakit, bungkus makanan, jalanan, serta berbagai tempat lain. Dari hal-hal yang paling sederhana sampai paling mewah pun plastik digunakan. Intinya, plastik menjadi bagian dari kehidupan kita dan tak terpisahkan. Maka, tidak begitu mengejutkan ketika sampah plastik membeludak dan tak tertangani.

Beberapa waktu lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti menyebut bahwa Indonesia menyumbang sampah plastik terbesar kedua yang dibuang ke laut. Sebagaimana dikutip dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa sampai plastik mencapai 64 juta ton/tahun sementara 3,2 juta ton di antaranya dibuang ke laut. Data ini menunjukkan kegentingan konsumsi sampah plastik kita, dan seyogyanya dapat membuka mata kita untuk lebih peduli dengan tema ini. 

Cerita penyu dan hewan laut lain yang mengkonsumsi plastik beberapa waktu lalu tidak boleh kita lupakan. Dalam sebuah studi tahun 2013, bahkan, 50 persen penyu laut telah menelan plastik dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu merupakan satu contoh, ketidakseimbangan ekosistem kita akibat berlimpahnya sampah plastik dan kemalasan kita membuang pada tempatnya. Dan, bila terus menerus dilanjutkan, hal ini akan memiliki potensi lebih dalam merusak lingkungan.
Tentu, persoalan ini tidak dapat dipandang sepele, dan perlu mendapat perhatian dengan serius terutama pemerintah dalam mengambil kebijakan yang strategis. Namun, pemerintah bukan satu-satunya, kita –diri kita ini, benar-benar yang harus mulai berbenah dan lebih peduli dengan isu lingkungan. Plastik memang lazim saja kita gunakan, namun coba kita renungi kembali, bagaimana dampaknya pada lingkungan bila kita memakai dengan berlebihan dan malas membuang pada tempatnya.

Barangkali tulisan singkat ini, bisa memantik kesadaran kita, menggunakan plastik secukupnya. Dengan mengawali dari hal terkecil, menolak kantung plastik, menghindari minuman berbotol, tidak memakai sedotan, serta berbagai cara sederhana lain membudayakan hidup kita dengan sedikit plastik. Kendati cara tersebut sederhana, tapi percayalah, memiliki dampak besar bagi lingkungan kita, merawat serta menjaga keharmonisan alam.

Suatu ketika, saya pernah beli beberapa buku di shoping –pasar buku di Jogja. Saya menolak ketika sang penjual akan memasukkan ke dalam kantung plastik. “Masnya, aktivis lingkungan ya?” katanya sambil menggoda. “Tidak kok” jawab saya, “emang kalo gak makai plastik harus jadi aktivis lingkungan dulu ya?”. Kemudian, penjual itu tertawa sambil terus bicara panjang lebar. Dalam hati saya bilang, bukankah tiap yang peduli lingkungan adalah juga sekaligus aktivis lingkungan. Apa yang saya lakukan memang kecil dan sederhana, dan barangkali jauh dari agenda-agenda para aktivis lingkungan itu. Namun, bukankah yang seperti ini –dan orang-orang peduli lain lakukan terhadap lingkungan dengan ragam cara masing-masing juga berarti sebagai aktivis lingkungan. Lalu saya tertawa puas, sambil membayangkan akan terus menerus menolak kantung-kantung plastik lain. Ya, semoga...


Seorang Mahasiswa berhati kotor yang perlu dicuci dengan air Zam-zam
Loading...