U2FsdGVkX1+25AyyCo8UPsLK1A8YBpiAtAtE4voJoZU6v2phc92s7B5BeG4irtrTwvQijqbnotwWq2TT6FmYzQ==
Nasi goreng armed
Nasi Goreng Armed
Murah kata ini selalu melekat, terutama bagi anak kost seperti saya. Karena tidak murah, atau sulit mendapat yang murah, mambuat saya sempat dua hari tak makan nasi. Waktu itu, saya masih terlalu lugu, bahkan tabu untuk bertanya soal harga. Ketimbang itu, saya lebih sibuk di dalam kamar dengan bersarang buku yang tak pernah mengenyangkan perut itu. Apalagi saya kurang kreatif memburu warung murah yang menjual selain mie instan. Akhirnya, ya begitulah, penyakit maag menjadi sahabat karib.

Namun keluguan saya tak bertahan lama, apalagi saat menemukan sosok sahabat yang luar biasa. Temon Orep, namanya. Sejak persahabatan dengan dia dimulai, pola pikir saya seperti halnya jaman, yang sedikit demi sedikit berubah. Saya mulai berani nongkrong dengan gerombolan anak-anak di kafe, bahkan salah satu lagu Lina Geboy yang judulnya "Jarang Pulang” pun pernah saya nyanyikan di sana. Dari sinilah, pertama kali saya kenal dengan Nasi Goreng (Nasreng, biar singkatannya anti mainstrem Bro) Armed.

"Mon  ono sego goreng murah, ngerti kon, segone iku mombol le, sampek kertas minyak e gak nutut ti. Edan konn" ujar Candra salah satu teman saya. Alih-alih mendengar, saya dan Temon justru mementahkan informasi itu begitu saja, layaknya rekomendasi warung-warung lain yang membuat saku kami makin kerempeng.  Namun, ketika kami dilanda resah karena lapar serta rada penasaran yang tak ketulungan, ditambah lagi isu harga yang sangat miring [ini jadi faktor penentu]. Akhirnya dengan tanpa sedikitpun pertimbangan kami coba nasgor Armed.

Soal nasreng Armet ini, setelah kami berlagak seperti seorang detektif, memang banyak isu yang negatif. Salah satunya, ada yang mengatakan bahwa makan Armet itu bagai makan sepiring nasi, dengan minumnya micin. Pernyataan ini awalnya, cukup membuat saya mual, entah kenapa? Tapi saya tak benar-benar tahu apakah ini realitas atau hanya sekedar ulah orang-orang yang iseng. Hmmm....

Tidak hanya bahan nasrengnya saja yang menjadi guyonan, Pak Jenggot, the master chef of Armed itu, juga kerap menjadi sorotan, "asinnya itu karena keringat chef berjenggot" katanya. Asal tahu saja nama Jenggot ini diambil dari jenggot lebat yang tumbuh di dagunya. Apalagi pawakannya yang tegak, serta bajunya yang nyaris selalu berkarakter, membuat panggilan ini sangat cocok disandangnya.
Bahkan, teman saya yang lain, kadang membayang dengan amat absurd. Coba bayangin, saat Pak Jenggot memasak nasi goreng, kemudian ia ngelus jenggot panjang miliknya yang kemudian keringatnya tiris dalam nasi yang digorengnya. Namun, jangan kuatir ya, semua itu hanya lelucon belaka kok. 

Faktanya, saya sendiri sudah bertemu langsung dengan chef Jenggot. Dan tentu saja jawabannya hoaks. Bagitu saya pesan, dan menyantapnya. Rasanya, saya sangat ketagihan makan di sini, selain nasinya yang banyak [cocok untuk jatah makan sehari dua kali], harganya murah [tepat untuk kantong yang sering bolong], rasanya yang ah, sudahlah.

Bahkan, salah satu pelanggan pernah bilang pada saya, "harga memang kaki lima Mas, tapi rasanya lebih dari bintang lima". Widih serem banget kan ya. Pingin tahu rasanya? Kuy dicoba...!!!

Saya sangat suka dengan dunia web developer dan mobile app development jika pembaca tertarik silahkan kunjungi akun github saya @naufalyukafi
Loading...